Pengenalan Hacking

 


Hacker





Sejarah

Terminologi peretas muncul pada awal tahun 1960-an diantara para anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad Club di Laboratorium Kecerdasan Artifisial Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kelompok mahasiswa tersebut merupakan salah satu perintis perkembangan teknologi komputer dan mereka berkutat dengan sejumlah komputer mainframe. Kata bahasa Inggris "hacker" pertama kalinya muncul dengan arti positif untuk menyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program komputer yang lebih baik daripada yang telah dirancang bersama.

Kemudian pada tahun 1983, istilah hacker mulai berkonotasi negatif. Pasalnya, pada tahun tersebut untuk pertama kalinya FBI menangkap kelompok kriminal komputer The 414s yang berbasis di Milwaukee, Amerika Serikat. 414 merupakan kode area lokal mereka. Kelompok yang kemudian disebut hacker tersebut dinyatakan bersalah atas pembobolan 60 buah komputer, dari komputer milik Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering hingga komputer milik Laboratorium Nasional Los Alamos. Satu dari pelaku tersebut mendapatkan kekebalan karena testimonialnya, sedangkan 5 pelaku lainnya mendapatkan hukuman masa percobaan.

Kemudian pada perkembangan selanjutnya muncul kelompok lain yang menyebut-nyebut diri sebagai peretas, padahal bukan. Mereka ini (terutama para pria dewasa) yang mendapat kepuasan lewat membobol komputer dan mengakali telepon (phreaking). Peretas sejati menyebut orang-orang ini cracker dan tidak suka bergaul dengan mereka. Peretas sejati memandang cracker sebagai orang malas, tidak bertanggung jawab, dan tidak terlalu cerdas. Peretas sejati tidak setuju jika dikatakan bahwa dengan menerobos keamanan seseorang telah menjadi peretas.

Para peretas mengadakan pertemuan tahunan, yaitu setiap pertengahan bulan Juli di Las Vegas. Ajang pertemuan peretas terbesar di dunia tersebut dinamakan Def Con. Acara Def Con tersebut lebih kepada ajang pertukaran informasi dan teknologi yang berkaitan dengan aktivitas peretasan.

Peretas memiliki konotasi negatif karena kesalahpahaman masyarakat akan perbedaan istilah tentang hacker dan cracker. Banyak orang memahami bahwa peretaslah yang mengakibatkan kerugian pihak tertentu seperti mengubah tampilan suatu situs web (defacing), menyisipkan kode-kode virus, dan lain-lain, padahal mereka adalah crackerCracker-lah menggunakan celah-celah keamanan yang belum diperbaiki oleh pembuat perangkat lunak (bug) untuk menyusup dan merusak suatu sistem. Atas alasan ini biasanya para peretas dipahami dibagi menjadi dua golongan: White Hat Hackers, yakni hacker yang sebenarnya dan cracker yang sering disebut dengan istilah Black Hat Hackers.

Hacker dalam film

Pada 1983 keluar pula sebuah film berjudul War Games yang salah satu perannya dimainkan oleh Matthew Broderick sebagai David Lightman. Film tersebut menceritakan seorang remaja penggemar komputer yang secara tidak sengaja terkoneksi dengan super komputer rahasia yang mengkontrol persenjataan nuklir AS.

Kemudian pada tahun 1995 keluarlah film berjudul Hackers, yang menceritakan pertarungan antara anak muda jago komputer bawah tanah dengan sebuah perusahaan high-tech dalam menerobos sebuah sistem komputer. Dalam film tersebut digambarkan bagaimana akhirnya anak-anak muda tersebut mampu menembus dan melumpuhkan keamanan sistem komputer perusahaan tersebut. Salah satu pemainnya adalah Angelina Jolie berperan sebagai Kate Libby alias Acid Burn.

Pada tahun yang sama keluar pula film berjudul The Net yang dimainkan oleh Sandra Bullock sebagai Angela Bennet. Film tersebut mengisahkan bagaimana perjuangan seorang pakar komputer wanita yang identitas dan informasi jati dirinya di dunia nyata telah diubah oleh seseorang. Dengan keluarnya dua film tersebut, maka eksistensi terminologi hacker semakin jauh dari yang pertama kali muncul di tahun 1960-an di MIT.




Dunia Bawah Tanah di Internet

Seperti juga dunia lainnya ada segmen dunia yang tidak suka / tidak mau menggunakan hukum tertulis, bertumpu pada struktur & pengadilan. Dunia ini juga ada di Internet, mereka sangat gila dengan komputer / kemampuan akses ke komputer dan apapun yang dapat mengajarkan kepada mereka bagaimana dunia komputer khususnya bekerja; semua dilakukan tanpa batas & totalitas. Mereka tidak suka menyembunyikan informasi, dan semua informasi harus bebas, terbuka & transparan – aliran copyleft lebih banyak penganutnya daripada copyright. Mereka tidak percaya pada autoritas, birokrasi, penguasa – kekuasaan harus terdesentralisasi. Seseorang dinilai dari kemampuannya, bukan kriteria-kriteria buatan seperti gelar, jabatan, umum, posisi, atau suku bangsa. Mereka membuat seni & keindahan di komputer & mereka percaya bahwa komputer akan membawa kita semua ke kondisi yang lebih baik. Konsep hidup & etika di atas di formulasikan oleh Steven Levy 1984 dari pengamatan masyarakat bawah tanah di Internet dalam bukunya Heroes of the Computer Revolution.


Saya yakin sebagian besar dari kita bisa meraba siapakah mereka ini? Betul, mereka adalah para hacker. Masyarakat yang tidak terlihat, tidak terdeteksi, seperti siluman, mereka hidup & berjaya di dunia maya – tanpa terdeteksi oleh pengguna Internet biasa, tak terdeteksi oleh sistem administrator WARNET & ISP.


Oleh Media & stereotype masyarakat membentuk karakter hacker sebagai orang jahat dan suka merusak. Stereotype ABG 15-20 tahun-an, yang duduk di belakang komputer berjam-jam, masuk ke sistem dan men-delete, berbelanja menggunakan kartu kredit curian atau menghancurkan apa saja yang bisa mereka hancurkan – “anak” ini dikenal sebagai cracker bukan sebagai hackerCracker ini yang sering anda dengar di berita / media, mematikan situs web, menghapus data dan membuat kekacauan kemanapun mereka pergi. Hacker yang betul sebenarnya tidak seperti yang ada dalam stereotype banyak orang di atas.


Di dunia elektronik underground nama jelas & nama lengkap tidak digunakan. Orang biasanya menggunakan nama alias, callsign atau nama samaran. Hal ini memungkinkan kita bisa menyamarkan identitas, dan hanya di kenali sesama underground. Beberapa nama diantara hacker Indonesia bisa dikenali seperti hC, cbug, litherr, fwerd, d_ajax, r3dshadow, cwarrior, ladybug, chiko, gelo, BigDaddy dsb..


Perbedaan Hacker vs Cracker

Apakah perbedaan mendasar antara seorang cracker & hacker? Di http://www.whatis.com, cracker di definisikan sebagai

“seseorang yang masuk ke sistem orang lain, biasanya di jaringan komputer, membypass password atau lisensi program komputer, atau secara sengaja melawan keamanan komputerCracker dapat mengerjakan hal ini untuk keuntungan, maksud jahat, atau karena sebab lainnya karena ada tantangan. Beberapa proses pembobolan dilakukan untuk menunjukan kelemahan keamanan sistem”


Karakter Hacker

Berbeda dengan Cracker, Hacker menurut Eric Raymond di definisikan sebagai programmer yang pandai. Sebuah hack yang baik adalah solusi yang cantik kepada masalah programming dan “hacking” adalah proses pembuatan-nya. Ada beberapa karakteristik yang menandakan seseorang adalah hacker, seperti

  • dia suka belajar detail dari bahasa pemrograman atau system
  • dia melakukan pemrograman tidak cuma berteori saja
  • dia bisa menghargai, menikmati hasil hacking orang lain
  • dia dapat secara cepat belajar pemrogramman, dan
  • dia ahli dalam bahasa pemrograman tertentu atau sistem tertentu, seperti “UNIX hacker”.


Proses Pengakuan Eksistensi Seorang Hacker

Yang menarik, ternyata dalam dunia hacker terjadi strata / tingkatan / level yang diberikan oleh komunitas hacker kepada seseorang karena kepiawaiannya, bukan karena umur atau senioritasnya. Proses yang paling berat adalah untuk memperoleh pengakuan / derajat / acknowledgement diantara masyarakat underground, seorang hacker harus mampu membuat program untuk meng-eksploit kelemahan sistem, menulis tutorial (artikel) biasanya dalam format ASCII text biasa, aktif diskusi di mailing list / IRC channel para hacker, membuat situs web dsb. Entah kenapa warna background situs web para hacker seringkali berwarna hitam gelap, mungkin untuk memberikan kesan misterius. Proses memperoleh acknowledgement / pengakuan, akan memakan waktu lama bulanan bahkan tahun, tergantung ke piawaian hacker tersebut.


Proses memperoleh pengakuan di antara sesama hacker tidak lepas dari etika & aturan main dunia underground. Etika ini yang akhirnya akan membedakan antara hacker & cracker, maupun hacker kelas rendahan seperti Lamer & Script Kiddies.

Kode Etik Hacker

Gambaran umum aturan main yang perlu di ikuti seorang hacker seperti di jelaskan oleh Scorpio http://packetstorm.securify.com/docs/hack/ethics/my.code.of.ethics.html, yaitu:

  • Di atas segalanya, hormati pengetahuan & kebebasan informasi.
  • Memberitahukan sistem administrator akan adanya pelanggaran keamanan / lubang di keamanan yang anda lihat.
  • Jangan mengambil keuntungan yang tidak fair dari hack.
  • Tidak mendistribusikan & mengumpulkan software bajakan.
  • Tidak pernah mengambil resiko yang bodoh – selalu mengetahui kemampuan sendiri.
  • Selalu bersedia untuk secara terbuka / bebas / gratis memberitahukan & mengajarkan berbagai informasi & metoda yang diperoleh.
  • Tidak pernah meng-hack sebuah sistem untuk mencuri uang.
  • Tidak pernah memberikan akses ke seseorang yang akan membuat kerusakan.
  • Tidak pernah secara sengaja menghapus & merusak file di komputer yang dihack.
  • Hormati mesin yang di hack, dan memperlakukan dia seperti mesin sendiri.

Jelas dari Etika & Aturan main Hacker di atas, sangat tidak mungkin seorang hacker betulan akan membuat kerusakan di komputer.

Strata Hacker

Tentunya ada berbagai tingkatan / strata di dunia underground. Saya yakin tidak semua orang setuju dengan derajat yang akan dijelaskan disini, karena ada kesan arogan terutama pada level yang tinggi. Secara umum yang paling tinggi (suhu) hacker sering di sebut ‘Elite’; di Indonesia mungkin lebih sering di sebut ‘suhu’. Sedangkan, di ujung lain derajat hacker dikenal ‘wanna-be’ hacker atau dikenal sebagai ‘Lamers’. Yang pasti para pencuri kartu kredit bukanlah seorang hacker tingkat tinggi, mereka hanyalah termasuk kategori hacker kelas paling rendah / kacangan yang sering kali di sebut sebagai Lamer. Mereka adalah orang tanpa pengalaman & pengetahuan biasanya ingin menjadi hacker (wanna-be hacker). Lamer biasanya membaca atau mendengar tentang hacker & ingin seperti itu. Penggunaan komputer Lamer terutama untuk main game, IRC, tukar menukar software bajakan, mencuri kartu kredit. Biasanya melakukan hacking menggunakan software trojan, nuke & DoS (Denial of Service). Biasanya menyombongkan diri melalui IRC channel dsb. Karena banyak kekurangannya untuk mencapai elite, dalam perkembangannya Lamer hanya akan sampai level developed kiddie atau script kiddie saja; pada tingkatan kiddie ini biasanya hacker masih banyak bergantung pada Grafik User Interface (GUI) atau Windows, karena belum paham betul untuk melakukan programming dengan baik.


Dua tingkat tertinggi para hacker & yang membuat legenda di underground dunia maya, adalah tingkat Elite & Semi Elite. Barangkali kalau di terjemahkan ke bahasa Indonesia, tingkat ini merupakan suhu dunia underground. Elite juga dikenal sebagai 3l33t, 3l337, 31337 atau kombinasi dari itu; merupakan ujung tombak industri keamanan jaringan. Mereka mengerti sistem operasi luar dalam, sanggup mengkonfigurasi & menyambungkan jaringan secara global. Sanggup melakukan pemrogramman setiap harinya. Sebuah anugrah yang sangat alami, mereka biasanya effisien & trampil, menggunakan pengetahuannya dengan tepat. Mereka seperti siluman dapat memasuki sistem tanpa di ketahui, walaupun mereka tidak akan menghancurkan data-data. Karena mereka selalu mengikuti peraturan yang ada.


Hacker tingkat atas (suhu), biasanya akan memilih target secara hati-hati, tanpa terlihat, diam-diam seperti siluman di kegelapan malam. Setelah melalui banyak semedi & membaca banyak buku-buku tentang kerja jaringan komputerRequest For Comment (RFC) di Internet & mempraktekan socket programming. Semua ini tidak pernah di ajarkan di bangku sekolah maupun kuliah manapun. Secara perlahan mereka akan naik hirarki mereka sesuai dengan kemampuannya, tanpa menyombongkan dirinya – itulah para suhu dunia underground. Salah satu suhu hacker di Indonesia yang saya hormati & kagumi kebetulan bekas murid saya sendiri di Teknik Elektro ITB, beliau relatif masih muda + pernah menjadi seorang penting di Research & Development Telkomsel.


Filosofy: Etika Hacker

Proses memperoleh pengakuan di antara sesama hacker tidak lepas dari etika & aturan main dunia underground. Etika ini yang akhirnya akan membedakan antara hacker & cracker, maupun hacker kelas rendahan seperti Lamer & Script Kiddies. Salah satu etika yang berhasil di formulasikan dengan baik ada di buku Hackers: Heroes of the Computer Revolution, yang ditulis oleh Steven Levy 1984, ada enam (6) etika yang perlu di resapi seorang hacker:


  1. Akses ke komputer – dan apapaun yang akan mengajarkan kepada anda bagaimana dunia ini berjalan / bekerja – harus dilakukan tanpa batas & total. Selalu mengutamakan pengalaman lapangan!
  2. Semua informasi harus bebas, tidak di sembunyikan. Etika ini yang menjadi dasar berbagai lisensi yang sifatnya terbuka, open source, seperti GNU, GPL, Apache License dll.
  3. Tidak pernah percaya autoritas – percaya pada desentralisasi.
  4. Seorang hacker hanya di nilai dari kemampuan hackingnya, bukan kriteria buatan seperti gelar, umur, posisi, kekayaan atau suku bangsa.
  5. Seorang hacker membuat seni & keindahan di komputer.
  6. Seorang hacker percaya bahwa komputer dapat mengubah hidup kita menjadi lebih baik.


Etika di atas sebetulnya cukup sangat berbeda dengan dunia nyata, salah satu konsekuensi yang paling mendasar yang di anut oleh banyak hacker adalah,


"hacker tidak percaya pada otoritas (penguasa), dan mereka hanya menghormati seseorang karena keahliannya."\



Filosofy: Aturan Main Hacker

Gambaran umum aturan main yang perlu di ikuti seorang hacker seperti di jelaskan oleh Scorpioyaitu:


  • Di atas segalanya, hormati pengetahuan & kebebasan informasi.
  • Memberitahukan sistem administrator akan adanya pelanggaran keamanan / lubang di keamanan yang anda lihat.
  • Tidak mengambil keuntungan yang tidak fair dari hack.
  • Tidak mendistribusikan & mengumpulkan software bajakan.
  • Tidak pernah mengambil resiko yang bodoh – selalu mengetahui kemampuan sendiri.
  • Selalu bersedia untuk secara terbuka / bebas / gratis memberitahukan & mengajarkan berbagai informasi & metoda yang diperoleh.
  • Tidak pernah meng-hack sebuah sistem untuk mencuri uang.
  • Tidak pernah memberikan akses ke seseorang yang akan membuat kerusakan.
  • Tidak pernah secara sengaja menghapus & merusak file di komputer yang dihack.
  • Hormati mesin yang di hack, dan memperlakukan dia seperti mesin sendiri.


Jelas dari Etika & Aturan main Hacker di atas, terlihat jelas sangat tidak mungkin seorang hacker betulan akan membuat kerusakan di komputer.

Filosofy: Bagaimana proses hacking dilakukan?

Ah ini bagian paling menarik dalam dunia underground. Sebagian istilah teknis akan banyak digunakan pada bagian ini, saya mohon maaf sebelumnya. Ada bermacam-macam teknik hacking, yang paling menyebalkan adalah jika terjadi Distributed Denial of Service (DDoS) yang menyebabkan server / komputer yang kita gunakan menjadi macet / mati. Terlepas dari masalah menyebalkan, secara umum ada empat (4) langkah sederhana yang biasanya dilakukan, yaitu:

  1. Membuka akses ke situs.
  2. Hacking root (superuser)
  3. Menghilangkan jejak.
  4. Membuat backdoor (jalan belakang), untuk masuk di kemudian hari.

Hmmm bagaimana secara singkat lebih jauh proses hacking ini dilakukan? Untuk dapat mengakses ke dalam sebuah situs biasanya melalui beberapa proses terlebih dulu, seperti hal-nya dinas intelejen, kita harus tahu persis segala sesuatu tentang perusahaan & situs yang akan kita masuki, rencana melarikan diri kalau ada apa-apa dsb. Proses intelejen ini dilakukan dalam tiga (3) tahapan besar, yaitu,

Footprinting untuk mengetahui seberapa besar scope / wilayah serangan bisa dilihat dari berbagai file HTML perusahaan tsb, perintah whois, host, dig, nslookup pada Linux untuk melihat scope host yang perlu di serang / di amankan. Scanning untuk melihat servis apa saja yang ada di mesin-mesin tersebut, topologi jaringan dsb. bisa dilakukan menggunakan perintah ping, traceroute, nmap, strobe, udp_scan, netcat di Linux & terakhir Cheops untuk melakukan network mapping. Enumeration sistem operasi yang jalan di server target apakah Windows NT/2000 / Linux / Netware. Program seperti snmputil, enum, dumpsec, showmount, rcpinfo, finger menjadi sangat “handy”.

Setelah proses intelejen dilakukan dengan baik proses serangan dapat mulai dikerjakan. Seperti kita tahu, umumnya berbagai perusahaan / dotcommers akan menggunakan Internet untuk,

  1. hosting web server.
  2. komunikasi e-mail
  3. memberikan akses web / internet kepada karyawan-nya.

Pemisahan jaringan Internet dan IntraNet umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik / software Firewall dan Proxy server. Detail sepuluh (10) besar serangan di Internet bisa dibaca di http://www.sans.org/topten.html. Melihat kondisi penggunaan di atas, kelemahan sistem umumnya dapat ditembus misalnya dengan menembus mailserver external / luar yang digunakan untuk memudahkan akses ke mail keluar dari perusahaan. Selain itu, dengan menggunakan agressive-SNMP scanner & program yang memaksa SNMP community string dapat mengubah sebuah router menjadi bridge (jembatan) yang kemudian dapat digunakan untuk batu loncatan untuk masuk ke dalam jaringan internal perusahaan (IntraNet).

Agar hacker terlindungi pada saat melakukan serangan, teknik cloacking (penyamaran) dilakukan dengan cara melompat dari mesin yang sebelumnya telah di compromised (ditaklukan) melalui program telnet atau rsh. Pada mesin perantara yang menggunakan Windows serangan dapat dilakukan dengan melompat dari program Wingate / proxy server; dapat melalui unauthenticated SOCKproxy port 1080 atau open Web proxy port 80, 81, 8000, 8080. Daftar WinGate server di maintain oleh CyberArmy di http://www.cyberarmy.com/wingate/.

Langkah selanjutnya, hacker akan mengidentifikasi komponen jaringan yang dipercaya oleh sistem apa saja. Komponen jaringan tersebut biasanya mesin administrator dan server yang biasanya dianggap paling aman di jaringan. Start dengan check akses & eksport NFS ke berbagai direktori yang kritis seperti /usr/bin, /etc dan /home. Eksploitasi mesin melalui kelemahan Common Gateway Interface (CGI), dengan akses ke file /etc/hosts.allow.

Selanjutnya hacker harus mengidentifikasi komponen jaringan yang lemah dan bisa ditaklukan. Hacker bisa menggunakan program di Linux seperti ADMhack, mscan, nmap dan banyak scanner kecil lainnya. Program seperti 'ps' & 'netstat' di buat trojan (ingat cerita kuda troya? dalam cerita klasik yunani kuno) untuk menyembunyikan proses scanning. Bagi hacker yang cukup advanced dapat menggunakan aggressive-SNMP scanning untuk men-scan peralatan dengan SNMP.

Setelah hacker berhasil mengidentifikasi komponen jaringan yang lemah dan bisa ditaklukan, maka hacker akan menjalankan program untuk menaklukkan program daemon yang lemah di server. Cara paling sederhana menggunakan script kiddies yang tersedia di Internet di http://www.technotronics.com / http://www.hackingexposed.com seperti cgiscan.c, phfscan.c dsb. Program daemon adalah program di server yang biasanya berjalan di belakang layar (sebagai daemon / setan). Keberhasilan menaklukan program daemon ini akan memungkinkan seorang Hacker untuk memperoleh akses sebagai ‘root’ (administrator tertinggi di server).

Untuk menghilangkan jejak, seorang hacker biasanya melakukan operasi pembersihan 'clean-up‘ operation dengan cara membersihkan berbagai log file. Program seperti zap, wzap, wted, remove akan membantu. Walaupun simpel text editor seperti vi dapat juga melakukan pekerjaan itu. Jangan lupa menambahkan program 'backdooring' dengan cara Mengganti file .rhosts di /usr/bin untuk memudahkan akses ke mesin yang di taklukan melalui rsh & csh. Selanjutnya seorang hacker dapat menggunakan mesin yang sudah ditaklukkan untuk kepentingannya sendiri, tapi seorang hacker yang baik akan memberitahukan sistem administrator tentang kelemahan sistemnya & tidak akan pernah menjalankan perintah ‘rm –rf / &’.

Oleh karena itu semua mesin & router yang menjalankan misi kritis sebaiknya selalu diperiksa keamanannya & di patch oleh software yang lebih baru. Backup menjadi penting sekali terutama pada mesin-mesin yang menjalankan misi kritis supaya terselamatkan dari ulah cracker yang men-disable sistem dengan,

# rm –rf / &

Cukup banyak situs di Internet yang bisa menjadi basis pengetahuan underground, beberapa diantara-nya berbahasa Indonesia seperti,

Referensi terbaik mungkin bisa dibaca di berbagai situs di luar negeri seperti http://packetstormsecurity.comhttp://www.hackingexposed.comhttp://neworder.box.skhttp://www.sans.orghttp://www.rootshell.com.

Software Hacking Favorit

Salah satu software hacking paling favorit adalah Backtrack yang berupa LiveDVD yang dapat langsung digunakan dari DVD yang kita burn tanpa perlu di install di komputer. Tempat mengambil backtrack dapat diambil dari situs http://www.backtrack-linux.org/



Sejarah Internet Indonesia:Memahami Karakeristik Komunitas Hacker

Tulisan ini karya Donny B.U. Pernah di publikasikan di jurnal I2BC pada bulan Oktober 2002 dan dapat di ambil di situs http://www.ictwatch.com/paper



Memahami Karakteristik Komunitas Maya. Studi Kasus: Komunitas Hacker Indonesia

oleh: Donny B.U.*

Pergeseran Makna Hacker

Log In, Hack In, Go Anywhere, Steal Anything. Ungkapan tersebut terpampang mencolok di sampul VCD berjudul Swordfish, sebuah film keluaran Hollywood pada tahun 2001. Dalam film tersebut dikisahkan bagaimana seorang veteran hacker bernama Stanley Jobson (diperankan oleh Hugh Jackman) tergiur dengan iming-iming imbalan uang yang ditawarkan oleh Ginger (diperankan oleh Halle Berry) atas perintah Gabriel Shear (diperankan oleh John Travolta). Jobson yang kehidupannya nyaris bangkrut tersebut diperintah oleh Shear untuk membobol sekuriti komputer sebuah bank sentral. Melalui keahliannya meng-hacking, maka Shear berhasil memindahkan sejumlah nominal uang secara digital dari satu bank ke beberapa bank lainnya di dunia.

Apa yang digambarkan oleh film Swordfish tersebut sejatinya membiaskan makna hacker yang sesungguhnya. Pada film tersebut, hacker diidentikkan dengan seseorang yang bertangan dingin dalam mengutak-atik program komputer dan melakukan upaya-upaya penerobosan suatu sistem komputer tanpa otorisasi yang sah dengan tujuan untuk mengambil atau mencuri sesuatu. Cracker, adalah istilah yang paling tepat untuk menyebutkan profesi Jobson pada film tersebut. Sebelum kita mengupas lebih jauh tentang perbedaan hacker dan cracker, serta problematikanya di Indonesia, ada baiknya kita beberkan lebih lanjut beberapa dosa Hollywood (baca: Amerika) dalam membiaskan makna hacker dan cracker.

Kita ingat, pada tahun 1995 Hollywood mengeluarkan sebuah film berjudul Hackers, yang menceritakan pertarungan antara anak muda jago komputer bawah tanah dengan sebuah perusahaan high-tech dalam menerobos sebuah sistem komputer. Dalam film tersebut digambarkan kisah anak-anak muda yang terobsesi menembus dan melumpuhkan keamanan sistem komputer perusahaan tersebut. Penembusan sistem keamanan tersebut merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh sekelompok anak muda tersebut jika ingin bergabung dalam sebuah kelompok hacker elit. Dalam film tersebut, Angelina Jolie berperan sebagai Kate Libby alias Acid Burn.

Kemudian pada tahun yang sama keluar pula film berjudul The Net yang dimainkan oleh Sandra Bullock sebagai Angela Bennet. Film tersebut mengisahkan bagaimana perjuangan seorang pakar komputer wanita yang identitas dan informasi jati dirinya di dunia nyata telah diubah oleh seseorang, melalui jaringan Internet. Selanjutnya pada tahun 1999 diluncurkan film berjudul Take Down, mengangkat kisah nyata perburuan Kevin Mitnick (diperankan oleh Skeet Ulrich), pembobol sekuriti, oleh Tsutomo Shimomura (diperankan oleh Russel Wong), pakar sekuriti. Dalam film tersebut secara jelas diucapkan dan dituliskan bahwa Kevin Mitnick adalah seorang hacker yang melanggar hukum.

Meskipun Shimomura menegaskan kepada petugas FBI McCoy Rollins (yang diperankan oleh Tom Berenger) bahwa Mitnick adalah cracker sedangkan Shimomura adalah hacker, pada awal film tersebut tampak jelas bahwa media massa Amerika menyebut Mitnick sebagai seorang hacker. Uniknya, terdapat perdebatan norma di dalam film tersebut antara hacker dan cracker, antara Mitnick dan Shimomura. Karena pada dasarnya mereka berdua melakukan hal yang sama dalam penetrasi sekuriti. Bedanya, Mitnick melakukannya atas dasar kebebasan informasi, sedangkan Shimomura atas dasar tindakan perlindungan informasi.

Dengan keluarnya film-film versi industri Hollywood tersebut, maka eksistensi terminologi hacker semakin jauh dari yang pertama kali muncul di tahun 1960-an di MIT. Media massa Amerika pun lebih sering menggunakan istilah hacker. Sekedar contoh, pada Newsweek edisi 21 Februari 2000, pada cover depan tertulis: "The Hunt for the Hackers. Hijacking the Net. How to Protect Yourself". Di dalam majalah tersebut, terdapat 10 halaman yang mengulas tentang sekuriti dan kebijakan pemerintah Amerika pasca serangan Distributed Denial of Service (DDoS) ke situs-situs ternama. Judul utama ke 10 halaman tersebut adalah "Hunting The Hackers".

Maka kesalah-kaprahan penggunaan terminologi hacker tersebut notabene adalah berawal dari negara kelahirannya sendiri, Amerika. Kemudian masyarakat dan media massa di Indonesia pun mau tidak mau melakukan hal yang sama, menggunakan terminologi hacker yang bias dengan terminologi cracker.

Terminologi hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara para anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad Club di Laboratorium Kecerdasan Artifisial Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kelompok mahasiswa tersebut merupakan salah satu perintis perkembangan teknologi komputer dan mereka berkutat dengan sejumlah komputer mainframe. Kata hacker pertama kalinya muncul dengan arti positif untuk menyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program komputer yang lebih baik ketimbang yang telah dirancang bersama sebelumnya.

Kemudian pada tahun 1983, analogi hacker semakin berkembang untuk menyebut seseorang yang memiliki obsesi untuk memahami dan menguasai sistem komputer. Hal tersebut disebabkan karena pada saat itu untuk pertama kalinya FBI menangkap kelompok kriminal komputer The 414s yang berbasis di Milwaukee AS. 414 merupakan kode area lokal mereka. Kelompok yang kemudian disebut oleh media massa Amerika sebagai hacker tersebut dinyatakan bersalah atas pembobolan 60 buah komputer, dari komputer milik Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering hingga komputer milik Laboratorium Nasional Los Alamos.

Satu dari pelaku tersebut mendapatkan kekebalan karena testimonialnya, sedangkan lima pelaku lainnya mendapatkan hukuman masa percobaan. Pada tahun yang sama keluar pula sebuah film berjudul War Games yang salah satu perannya dimainkan oleh Matthew Broderick sebagai David Lightman. Film tersebut menceritakan seorang remaja penggemar komputer yang secara tidak sengaja terkoneksi dengan super komputer rahasia yang mengkontrol persenjataan nuklir AS.

Menurut James O'Brien dalam bukunya Management Information System (McGraw-Hill, 1999), hacking didefinisikan sebagai sebuah perilaku obsesif dan atau tanpa otorisasi yang sah dalam menggunakan komputer atau sistem jaringan komputer dan pelakunya disebut dengan istilah hacker. Ditambahkan pula bahwa hacker ilegal, yang kerap mencuri dan atau merusak data atau program, mencuri kartu kredit hingga mengganti tampilan suatu situs di Internet disebut dengan istilah cracker, dan aktifitasnya disebut cracking.

Secara spesifik, Richard Mansfield dalam bukunya Hacker Attack (Sybex, 2000) mendefinisikan hacker sebagai seseorang yang memiliki keinginan untuk melakukan eksplorasi dan penetrasi terhadap sebuah sistem operasi dan kode komputer pengaman lainnya, tetapi tidak melakukan tindakan pengrusakan apapun, tidak mencuri uang atau informasi. Mansfield menambahkan bahwa cracker adalah sisi gelap dari hacker dan memiliki kertertarikan untuk mencuri informasi, melakukan berbagai macam kerusakan dan sesekali waktu juga melumpuhkan keseluruhan sistem komputer.

Hacker sebenarnya memiliki kode etik yang pada mulanya diformulasikan dalam buku karya Steven Levy berjudul Hackers: Heroes of The Computer Revolution, pada tahun 1984. Kode etik hacker tersebut, yang kerap dianut pula oleh para cracker, adalah :

  1. Akses ke sebuah sistem komputer, dan apapun saja dapat mengajarkan mengenai bagaimana dunia bekerja, haruslah tidak terbatas sama sekali
  2. Segala informasi haruslah bebas
  3. Jangan percaya pada otoritas, promosikanlah desentralisasi
  4. Hacker haruslah dinilai dari sudut pandang aktifitas hackingnya, bukan berdasarkan standar organisasi formal atau kriteria yang tidak relevan seperti derajat, usia, suku maupun posisi.
  5. Seseorang dapat menciptakan karya seni dan keindahan di komputer
  6. Komputer dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.

Mansfield menyatakan bahwa perbedaan terminologi antar hacker dan cracker terkadang menjadi bias dan hilang sama sekali dalam perspektif media massa dan di masyarakat umum. Bahkan para cracker juga tidak jarang menyebut diri mereka sebagai hacker sehingga menyebabkan citra hacking menjadi buruk. Pernyataan tersebut merupakan penguatan dari pendapat Christian Crumlish dalam bukunya The Internet Dictionary (Sybex, 1995) yang menyatakan bahwa masyarakat di luar komunitas Internet, baik media massa maupun masyarakat umum, lebih familiar menggunakan istilah hacker untuk setiap perilaku eksplorasi dan penetrasi sebuah sistem komputer yang dilakukan secara ilegal dan cenderung bersifat merugikan pihak lain.

Untuk selanjutnya, dalam artikel ini terminologi hacker yang akan dipakai akan mengacu kepada "seseorang yang melakukan penetrasi atau masuk ke dalam suatu sistem komputer tanpa otorisasi yang sah". Terminologi hacker yang dipakai tersebut merupakan terminologi yang lebih kerap digunakan oleh media massa dan dipahami masyarakat umum.


Hacker Sebagai Individu Sosial

Sebagai individu sosial, seorang hacker tidak pernah lepas dari proses interaksi sosial dengan hacker lainnya atau dengan komunitas hacker-nya. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakukan individu yang lain atau sebaliknya. Dari interaksi sosial tersebut maka akan terbentuklah suatu kelompok sosial.

Kelompok sosial adalah suatu unit sosial atau kesatuan sosial yang terdiri atas dua individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma yang khas bagi kelompok itu. Komunikasi antara hacker dengan hacker lainnya menggunakan sebuah media komunikasi berbasis Internet.

Winn Schawartau dalam bukunya Information Warfare (Thunder's Mouth Press, 1996) menegaskan bahwa hacker merupakan salah satu jenis individu yang menggunakan Internet sebagai media komunikasi dan media interaksi sosial antar sesama hacker lainnya. Ditambahkan pula oleh Schawartau bahwa kelompok hacker merupakan sebuah subkultur dari masyarakat yang memiliki ketertarikan yang sama dalam hal elektronis (jaringan komputer di Internet) dan antar anggotanya saling terlibat secara mental (emosional). Menurut Howard Rheingold dalam bukunya The Virtual Community (The MIT Press, 2000), Internet merupakan sebuah peluang untuk menghadirkan kembali hubungan antar pribadi yang pada saat ini intensitasnya semakin berkurang.

Di dalam Internet, perbedaan gender, usia, bangsa dan penampilan fisik tidak menjadi soal, karena memang hal tersebut tidak bisa dilihat langsung. Itulah yang menyebabkan hacker tertarik untuk menggunakan Internet sebagai sarana komunikasi dan sekaligus membentuk suatu komunitas, yaitu lantaran Internet memungkinkan hacker dapat berinteraksi dengan pihak lain tanpa harus menunjukkan jati diri sebenarnya (anonimitas / anonimity).

Joel Best dan David Luckenbill dalam bukunya Organizing Deviance (Prentice Hall, 1994) menganalisa bahwa perilaku menyimpang hacker memiliki dua setting yaitu onstage dan backstage. Onstage adalah ketika masing-masing individu beraksi sendiri melakukan hacking, sedangkan backstage adalah saat ketika para pelaku sedang tidak melakukan hacking dan mereka berkumpul untuk saling bersosialisasi dan berkomunikasi.

Berangkat dari beberapa pemahaman di atas, maka artikel ini mencoba memaparkan intisari dari tesis penulis yang berjudul "Pola Komunikasi Dalam Kelompok Hacker Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Hacking : Studi Kasus Pada Hacker Di Indonesia", dan telah dipertahankan di hadapan sidang penguji tesis program studi Ilmu Komunikasi program pascasarjana Universitas Indonesia (UI) pada tanggal 24 Januari 2002. Tesis penulis tersebut menggunakan metodologi kualitatif dengan tipe penelitian eksploratif untuk mendapatkan pemahaman tentang pola pola komunikasi dalam kelompok hacker dan hubungannya dengan kegiatan hacking. Penulis telah menggunakan Internet, khususnya aplikasi Internet Relay Chat (IRC) sejak tahun 1996 dan berprofesi sebagai wartawan bidang TI di media online Detikcom sejak Desember 1999 hingga November 2001.

Saat di Detikcom, penulis banyak melakukan pengamatan perilaku hacker dan menulis berita tentang aktifitas hacking, sehingga mendapatkan pemahaman yang cukup mendalam tentang bagaimana sebuah komunitas maya dapat terbentuk serta dinamika kelompok hacker di Indonesia. Kemudian penulis mulai intensif mengamati chat room para hacker ketika maraknya aktifitas hacking sepanjang tahun 2000 dan tahun 2001. Sebelum menentukan hacker mana yang tepat dan bersedia diwawancara sebagai data primer tesis, penulis melakukan observasi tahap awal ke beberapa chat room hacker, serta melakukan studi literatur tentang berita-berita kegiatan hacking yang dilakukan oleh hacker Indonesia.

Beberapa chat room hacker yang diobservasi antara lain chat room #Hackerlink, #AntiHackerlink, #IndoSniffing, #Jasakom, #Betalmostdone dan #K-Elektronik. Kemudian untuk studi literatur difokuskan pada berita-berita dan artikel-artikel tentang hacker Indonesia dan kegiatan hacking yang dimuat oleh media massa Indonesia. Akhirnya penulis menetapkan tujuh hacker Indonesia yang bersedia di wawancara secara intensif melalui e-mail. (nickname hacker kami samarkan - penulis).


Karakteristik Komunitas Hacker

Berdasarkan hasil analisa dari data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis, terdapat fakta bahwa hacker yang memiliki atau bergabung dalam suatu kelompok hacker tertentu, ternyata menggunakan Internet Relay Chat (IRC) atau chatroom. Bukan tidak mungkin bahwa hacker yang tergabung dalam sebuah chatroom dalam jangka waktu tertentu, secara berkala dan konsisten, bisa membentuk sebuah kelompok hacker tertentu.

Nama kelompok hacker tersebut akan mengikuti nama chat roomnya, ataupun nama chatroom yang dipilih akan menyesuaikan dengan nama kelompok hacker tersebut. Nama dari sebuah chatroom akan mengidentifikasikan nama kelompok hacker tersebut, demikian pula sebaliknya, nama sebuah kelompok hacker akan mengidentifikasikan nama chatroom yang digunakan. Contohnya kelompok hacker AntiHackerlink, Jasakom dan K-Elektronik, masing-masing memiliki chatroom dengan nama #AntiHackerlink, #Jasakom dan #K-Elektronik. Ketiga chat room tersebut berada di sebuah server Internet global yang bernama DALnet.

Berikut ini adalah data-data teknis ketiga chatroom tersebut :

 Info for #antihackerlink:
 Founder    : (Anon@202.146.241.142)
 Mode Lock  : -m
 Last Topic : http://www.research.att.com/sw/tools/uwin/ (zer0_c00l)
 Description:  ::..:: We Are Indonesia Hacker's Crew ::..::
 Options    : SecuredOps, Verbose, "Sticky" Topics
 Memo Level : AOP
 Registered : Sat 12/01/2001 09:53:08 GMT
 Last opping: Sun 12/23/2001 09:46:56 GMT
 End of Info
 Info for #jasakom:
 Founder    : (sdfgsdf@202.47.64.58)
 Mode Lock  : -i
 Description: WWW.JASAKOM.COM
 Memo Level : AOP
 Registered : Tue 05/29/2001 02:30:10 GMT
 Last opping: Sun 12/23/2001 09:42:37 GMT
 End of Info
 Info for #k-elektronik:
 Founder    : (~XWindows@thugscript.net)
 Mode Lock  : +cnt-sipkR
 Last Topic : | Kecoak Crew |  the great way to learn (wellex)
 Description: www.k-elektronik.org
 URL        : http://www.k-elektronik.org
 Options    : SecuredOps, Ident, Topic Lock(S)
 Memo Level : SOP
 Registered : Tue 12/04/2001 08:35:17 GMT
 Last opping: Sun 12/23/2001 11:50:29 GMT
 End of Info

Tampak jelas dalam data-data di atas mengenai nickname pendiri (founder), waktu didirikan (registered), deskripsi (description) chatroom, dan sebagainya. Sebuah chatroom dapat menjadi suatu perwujudan dari keberadaan sebuah kelompok sosial atau komunitas hacker. Kemampuan dan fungsi chatroom memang memungkinkan hal tersebut.

Pertama, chatroom mampu berfungsi sebagai sarana komunikasi sosial dan dapat pula menjadi manifestasi kelompok sosial itu sendiri. Kemampuan chatroom menjadi sebuah sarana komunikasi sosial karena secara teknis di dalam chatroom para chatters dapat melakukan komunikasi interpersonal (private chat) dan komunikasi kelompok (public chat). Baik private chat maupun public chat, antar pelakunya harus berada dalam satu tempat yang sama (bertemu dalam satu chatroom tertentu) dan dalam waktu yang sama pula (real time). Salah satu tahap terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak, yang bisa bersifat sekunder (menggunakan media tertentu, dalam hal ini melalui chatroom) dan langsung (tanpa perantara individu lain meskipun tidak face-to-face).

Keduam chatroom mampu menjadi sebuah kelompok sosial. Hal tersebut tak lepas pula dari karakteristik teknis chatroom itu sendiri. Pertama-tama, kita definisikan dahulu arti kata kelompok sosial. Menurut George Hillery dalam jurnal CyberSociology (http://www.cybersoc.com), ciri komunitas adalah adanya sekelompok orang yang saling melakukan interaksi sosial dan ada suatu persamaan yang mengikat mereka pada kelompok tersebut dan antar sesama anggota kelompok, serta mereka berbagi area tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Geoffrey Liu dalam jurnal Computer-Mediated Communication (http://www.ascusc.org/jcmc), menetapkan beberapa syarat terjadinya komunitas atau kelompok sosial maya, yaitu: (1). adanya ruang publik maya, (2). adanya aktifitas komunikasi dari para komunikator, (3). adanya anggota dengan jumlah besar sehingga memungkinkan terjadinya beberapa interaksi, (4). adanya kestabilan jumlah anggota dan konsistensi pemunculan anggota dan (5). adanya interaktifitas pesan verbal, pesan simulasi aksi dan konsistensi penggunaan nickname.

Di dalam chatroom, khususnya server DALnet, ada jenjang struktural dan fungsional yang baku. Jenjang pertama dan tertinggi adalah founder, super operator (SOP) dan auto operator (AOP) dan temporary operator. Keempat jabatan tersebut selain struktural, juga fungsional. Mereka secara umum disebut Operator (OP) dan menggunakan tanda "@" di depan nickname mereka. Nickname mereka secara otomatis akan berada di urutan teratas dari listname pengunjung chatroom. Ketiganya merupakan penguasa sebuah chatroom yang dapat mengundang orang lain untuk datang, mengusir paksa orang dan mengawasi setiap percakapan publik yang terjadi di chatroom.

Founder adalah pemegang akses tertinggi dalam sebuah chatroom dan hanya dipegang oleh satu orang saja. Seorang founder bisa mengangkat SOP dan AOP. SOP bisa mengangkat AOP. Pengangkatan para SOP dan AOP tersebut memerlukan pendekatan kepada atasaanya. Karena tidak jarang para chatters terpisah antar negara dan sama sekali tidak pernah bertemu satu dengan yang lainnya secara face-to-face. Pengangkatan jabatan tersebut harus berdasarkan kepercayaan dan tidak jarang dengan melakukan lobi-lobi.

Kembali ke pendapat Hillery, syarat penting terjadinya sebuah komunitas maya adalah adanya suatu persamaan yang mengikat mereka pada kelompok tersebut dan antar sesama anggota kelompok, serta mereka berbagi area tertentu dalam jangka waktu tertentu. Para anggota kelompok hacker di chatroom memiliki persaman yang mengikat yaitu anggotanya sama-sama menyatakan dirinya sebagai hacker dan memiliki tujuan untuk melakukan hacking. Mereka juga berbagi area kekuasaan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Area ter sebut ialah sebuah chatroom.

Konsep area dalam chatroom ini tidak berbeda jauh dengan konsep area kekuasan dalam dunia nyata. Dalam chatroom pun ada istilah penguasa lahan (operator), perebutan lahan (channel takeover) dan intimidasi area (flooding). Ada kalanya para anggota sebuah chatroom melakukan "serangan" ke chatroom lain. Selain itu dikenal pula istilah "meminta jasa keamanan" kepada operator yang ahli, biasanya adalah operator di sebuah chatroom besar, yang dalam dunia nyata disebut sebagai God Father. Bagi chat room kecil atau yang baru memiliki anggota sedikit, tidak jarang diganggu oleh pihak yang iseng. Operator chatroom besar rata-rata memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik dalam mengatur sebuah channel dan mengatasi permasalahan yang timbul.

Operator tersebut kemudian diangkat sebagai SOP oleh founder chatroom kecil dan diajak untuk bergabung dalam channel kecil tersebut, walapun hanya sekedar meletakkan nickname saja. Dengan adanya God Father dari chatroom besar tersebut, maka tingkat gangguan terhadap chatroom kecil tersebut dapat dikurangi. Setidaknya membuat pihak yang ingin mengganggu tersebut harus berpikir dua kali, karena bisa saja dia yang terkena serangan balasan atau dicekal untuk masuk ke chatroom lain yang dipegang oleh God Father tersebut.

Salah satu ciri khas yang membedakan antara hacker yang tidak bergabung dengan suatu kelompok hacker tertentu dengan hacker yang memilih bergabung adalah dari kebiasaan meninggalkan "catatan" dalam tampilan sebuah situs yang telah dimodifikasi oleh hacker tersebut. Bagi hacker tanpa kelompok, dia hanya meninggalkan catatan atas nama nickname atau inisial hacker tersebut.

Salah satu contohnya adalah ketika Fabian Clone pada hari Jumat tanggal 24 Mei 2000 menembus sistem sekuriti situs Indofood.co.id dan Rekayasa.co.id, dia hanya meninggalkan pesan-pesan yang diakhiri dengan inisial "F.C.". Sedangkan bagi hacker yang berkelompok, dia akan menuliskan nama kelompoknya. Salah satu contohnya adalah ketika hC- pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2000 menembus sistem sekuriti situs PLN-Jawa-Bali.co.id, dia meninggalkan pesan-pesan tertentu sekaligus mengucapkan salam antara lain kepada rekannya dari kelompok hacker AntiHackerlink.

Di dalam chatroom, kerap terdapat ajakan-ajakan eksplisit atau motivator-motivator untuk melakukan hacking. Salah satu contohnya adalah logs chatroom #AntiHackerlink di bawah ini :

 Start Logs
 Session Start: Wed Mar 21 12:38:10 2001
 [12:38] Now talking in #antihackerlink
 [12:38] Topic is 'http://www.multysistem.it/, http://www.nicastroebarone.it/ ,http://www.salvatoremirmina.it/, http://www.pensionescala.it/sakitjiwa.txt, http://www.roseeroselline.it/ http://www.cavi-vivai.it/ New TargeT  _www.westernunion.com  www.paypal.

com > yg bisa di akui jadi hacker sejati < both of them'

 [12:38] Set by chikebum on Wed Mar 21 11:56:49
 [12:38] #antihackerlink url is pimp.goes.to.hell.with.the.support.from.antihackerlink.org
 -cutted-
 Session Time: Thu Mar 22 00:00:00 2001
 -cutted-
 [07:24] Wagimin changes topic to 'ANTIHACKERLINK IS BACK !!!  | The Hot News  seen   www.westernunion.com  http://www.detik.com/net/2001/03/21/2001321-114641.shtml  ! || Last target www.paypal.com || [eF!] My Gift for #ANTIHACKERLINK  :: http://hacked.cen

tralbankasia.com/ [eF!]'

 -cutted-
 [07:24] <c1sc0-> ANTIHACKERLINK IS BACK!
 [07:24] <c1sc0-> ANTIHACKERLINK IS BACK!
 End Logs

Perbedaan jam antara informasi logs tersebut dengan WIB adalah +7. Dari logs tersebut bisa dijelaskan bahwa pada pukul 19.38 WIB, Chikebum memasang topic di #AntiHackerlink yang intinya berisi ajakan atau motivasi untuk melakukan hacking ke situs Western Union salah satunya. Pada pukul 06.19 WIB keesokan harinya, dotcom- mengirimkan e-mail ke penulis yang mengatakan bahwa dia dan eF73 berhasil masuk ke server WesternUnion.com. Siang harinya berita bobolnya server Western Union tersebut dimuat oleh situs www.detik.com. Kemudian pada pukul 14.24 WIB, Wagimin, alias eF73, memasang topic di #AntiHackerlink tentang keberhasilan eF73 dan dotcom- menembus server Western Union, sekaligus memasang alamat situs berita dari Detikcom yang memberitakan keberhasilan mereka.

Sedangkan alamat situs http://hacked.centralbankasia.com merupakan salah satu tempat curahan data-data kartu kredit dari toko buku online Barners & Nobles yang sistemnya baru saja ditembus oleh AntiHackerlink. Kedua peristiwa tersebut membuat C1sc0- "bersorak" gembira. Hal tersebut merupakan contoh adanya kemungkinan melakukan tindakan persuasif atau memotivasi orang lain di dalam chatroom. Salah satu kebanggaan hacker yang membentuk kelompok maya di chatroom adalah ketika hasil hackingnya dipasang sebagai topic channel, sehingga setiap pengunjung chatroom tersebut pasti membaca isi topik. Terlebih lagi apabila di dalam topik tersebut adalah alamat situs tempat berita keberhasilannya itu dimuat.

Saling memotivasi dan saling memberikan salut merupakan hal yang lumrah dan kerap terjadi di chatroom hacker. Bukti lain bahwa chat room dapat menjadi sarana belajar belajar atau motivasi perilaku hacking adalah ketika hC-, seorang hacker Indonesia yang didenda Rp 150 juta oleh pengadilan Singapura pada tanggal 30 Agustus 2000 karena membobol jaringan komputer di Singapura, oleh Kepolisian Singapura dirinya dinyatakan menggunakan chatroom untuk mempelajari teknik penyusupan ke sebuah jaringan komputer.

Kita kembali kepada konsep Liu tentang syarat eksistensi sebuah komunitas maya., khususnya dalam hal konsistensi pemunculan anggota dan adanya interaktifitas pesan simulasi aksi. Makna pemunculan anggota di sini adalah keberadaan individu dalam sebuah area tertentu secara konsisten. Keberadaan individu tersebut dimanifestasikan dengan keberadaan sebuah nickname yang digunakan secara tetap pada sebuah chatroom secara regular dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan interaktifitas pesan simulasi aksi adalah keberadaan bahasa-bahasa verbal dalam bentuk teks atau tulisan yang memiliki makna atau dimaknai sebagai sebuah aksi yang benar-benar dilakukan.

Jika kedua hal ini digabung, maka maknanya adalah pemunculan nickname secara konsisten dalam sebuah chatroom tertentu yang antara lain dapat melakukan simulasi aksi. Simulasi aksi baru memiliki makna apabila dilakukan secara real-time kepada lawan bicara. Ungkapan "saya mencium kamu" misalnya, akan memiliki makna yang berbeda ketika disampaikan melalui chatroom dan ketika melalui e-mail.

Dalam e-mail, rasa dan makna kehadiran "pada saat itu" menjadi tidak penting. Kejadian bisa terjadi kapanpun (tidak real-time) dan dimanapun (tanpa harus bertemu di satu tempat tertentu). Kejadian apapun yang di dalam milis, termasuk simulasi aksi tersebut, tidak akan memiliki makna seperti dalam chatroom.

Dalam chatroom, rasa dan makna kehadiran menjadi sangat penting. Karena tanpa hadir dalam satu saat yang sama dan tempat maya yang sama, komunikasi dan interaksi tidak akan terjadi. Hal tersebut menjelaskan mengapa simulasi aksi tersebut dapat sedemikian bermakna di chatroom. Kejadian maupun simulasi aksi tersebut benar-benar "dilakukan" dan "terjadi" pada saat itu.

Makna "saya mencium kamu" di dalam milis bisa jadi bermakna seperti sekedar rayuan, sekedar angan, obsesi maupun bayangan. Tetapi jika di chatroom "saya mencium kamu" bisa bermakna "saya saat ini sedang mencium kamu" dan benar-benar tengah terjadi (secara virtual atau setidaknya dalam benak pelaku). Untuk itulah maka konsep-konsep tentang cybersex lebih mengacu kepada chat, ketimbang e-mail. Komunikasi interpersonal akan terasa lebih personal, intensif dan menyentuh bila terjadi secara realtime.

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, ikatan emosi antar anggota sebuah chatroom jauh lebih kuat ketimbang antar anggota sebuah mailing-list. Hal ini menjelaskan mengapa walaupun para hacker banyak berlangganan mailing-list security, eksistensi mereka tetap dimanifestasikan dalam chatroom. Sekedar contoh, yang kerap disebut sebagai anggota hacker Jasakom bukanlah mereka yang tergabung dalam mailing-list Jasakom, tetapi lebih kepada mereka yang secara konsisten muncul di chatroom #Jasakom.

Hacker Sebagai Individu Sosial

Sebagai individu sosial, seorang hacker tidak pernah lepas dari proses interaksi sosial dengan hacker lainnya atau dengan komunitas hacker-nya. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakukan individu yang lain atau sebaliknya. Dari interaksi sosial tersebut maka akan terbentuklah suatu kelompok sosial.

Kelompok sosial adalah suatu unit sosial atau kesatuan sosial yang terdiri atas dua individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma yang khas bagi kelompok itu. Komunikasi antara hacker dengan hacker lainnya menggunakan sebuah media komunikasi berbasis Internet.

Winn Schawartau dalam bukunya Information Warfare (Thunder's Mouth Press, 1996) menegaskan bahwa hacker merupakan salah satu jenis individu yang menggunakan Internet sebagai media komunikasi dan media interaksi sosial antar sesama hacker lainnya. Ditambahkan pula oleh Schawartau bahwa kelompok hacker merupakan sebuah subkultur dari masyarakat yang memiliki ketertarikan yang sama dalam hal elektronis (jaringan komputer di Internet) dan antar anggotanya saling terlibat secara mental (emosional). Menurut Howard Rheingold dalam bukunya The Virtual Community (The MIT Press, 2000), Internet merupakan sebuah peluang untuk menghadirkan kembali hubungan antar pribadi yang pada saat ini intensitasnya semakin berkurang.

Di dalam Internet, perbedaan gender, usia, bangsa dan penampilan fisik tidak menjadi soal, karena memang hal tersebut tidak bisa dilihat langsung. Itulah yang menyebabkan hacker tertarik untuk menggunakan Internet sebagai sarana komunikasi dan sekaligus membentuk suatu komunitas, yaitu lantaran Internet memungkinkan hacker dapat berinteraksi dengan pihak lain tanpa harus menunjukkan jati diri sebenarnya (anonimitas / anonimity).

Joel Best dan David Luckenbill dalam bukunya Organizing Deviance (Prentice Hall, 1994) menganalisa bahwa perilaku menyimpang hacker memiliki dua setting yaitu onstage dan backstage. Onstage adalah ketika masing-masing individu beraksi sendiri melakukan hacking, sedangkan backstage adalah saat ketika para pelaku sedang tidak melakukan hacking dan mereka berkumpul untuk saling bersosialisasi dan berkomunikasi.

Berangkat dari beberapa pemahaman di atas, maka artikel ini mencoba memaparkan intisari dari tesis penulis yang berjudul "Pola Komunikasi Dalam Kelompok Hacker Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Hacking : Studi Kasus Pada Hacker Di Indonesia", dan telah dipertahankan di hadapan sidang penguji tesis program studi Ilmu Komunikasi program pascasarjana Universitas Indonesia (UI) pada tanggal 24 Januari 2002. Tesis penulis tersebut menggunakan metodologi kualitatif dengan tipe penelitian eksploratif untuk mendapatkan pemahaman tentang pola pola komunikasi dalam kelompok hacker dan hubungannya dengan kegiatan hacking. Penulis telah menggunakan Internet, khususnya aplikasi Internet Relay Chat (IRC) sejak tahun 1996 dan berprofesi sebagai wartawan bidang TI di media online Detikcom sejak Desember 1999 hingga November 2001.

Saat di Detikcom, penulis banyak melakukan pengamatan perilaku hacker dan menulis berita tentang aktifitas hacking, sehingga mendapatkan pemahaman yang cukup mendalam tentang bagaimana sebuah komunitas maya dapat terbentuk serta dinamika kelompok hacker di Indonesia. Kemudian penulis mulai intensif mengamati chat room para hacker ketika maraknya aktifitas hacking sepanjang tahun 2000 dan tahun 2001. Sebelum menentukan hacker mana yang tepat dan bersedia diwawancara sebagai data primer tesis, penulis melakukan observasi tahap awal ke beberapa chat room hacker, serta melakukan studi literatur tentang berita-berita kegiatan hacking yang dilakukan oleh hacker Indonesia.

Beberapa chat room hacker yang diobservasi antara lain chat room #Hackerlink, #AntiHackerlink, #IndoSniffing, #Jasakom, #Betalmostdone dan #K-Elektronik. Kemudian untuk studi literatur difokuskan pada berita-berita dan artikel-artikel tentang hacker Indonesia dan kegiatan hacking yang dimuat oleh media massa Indonesia. Akhirnya penulis menetapkan tujuh hacker Indonesia yang bersedia di wawancara secara intensif melalui e-mail. (nickname hacker kami samarkan - penulis).

Karakteristik Chatroom dan Komunitas Maya Hacker

Berdasarkan hasil analisa dari data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis, terdapat fakta bahwa hacker yang memiliki atau bergabung dalam suatu kelompok hacker tertentu, ternyata menggunakan Internet Relay Chat (IRC) atau chatroom. Bukan tidak mungkin bahwa hacker yang tergabung dalam sebuah chatroom dalam jangka waktu tertentu, secara berkala dan konsisten, bisa membentuk sebuah kelompok hacker tertentu.

Nama kelompok hacker tersebut akan mengikuti nama chat roomnya, ataupun nama chatroom yang dipilih akan menyesuaikan dengan nama kelompok hacker tersebut. Nama dari sebuah chatroom akan mengidentifikasikan nama kelompok hacker tersebut, demikian pula sebaliknya, nama sebuah kelompok hacker akan mengidentifikasikan nama chatroom yang digunakan. Contohnya kelompok hacker AntiHackerlink, Jasakom dan K-Elektronik, masing-masing memiliki chatroom dengan nama #AntiHackerlink, #Jasakom dan #K-Elektronik. Ketiga chat room tersebut berada di sebuah server Internet global yang bernama DALnet.

Berikut ini adalah data-data teknis ketiga chatroom tersebut :

 Info for #antihackerlink:
 Founder    : -------- (Anon@202.146.241.142)
 Mode Lock  : -m
 Last Topic : http://www.research.att.com/sw/tools/uwin/ (zer0_c00l)
 Description:  ::..:: We Are Indonesia Hacker's Crew ::..::
 Options    : SecuredOps, Verbose, "Sticky" Topics
 Memo Level : AOP
 Registered : Sat 12/01/2001 09:53:08 GMT
 Last opping: Sun 12/23/2001 09:46:56 GMT
 *** End of Info ***
 Info for #jasakom:
 Founder    : ---- (sdfgsdf@202.47.64.58)
 Mode Lock  : -i
 Description: WWW.JASAKOM.COM
 Memo Level : AOP
 Registered : Tue 05/29/2001 02:30:10 GMT
 Last opping: Sun 12/23/2001 09:42:37 GMT
 -ChanServ- *** End of Info ***
 Info for #k-elektronik:
 Founder    : ------------ (~XWindows@thugscript.net)
 Mode Lock  : +cnt-sipkR
 Last Topic : | Kecoak Crew |  the great way to learn (wellex)
 Description: www.k-elektronik.org
 URL        : http://www.k-elektronik.org
 Options    : SecuredOps, Ident, Topic Lock(S)
 Memo Level : SOP
 Registered : Tue 12/04/2001 08:35:17 GMT
 Last opping: Sun 12/23/2001 11:50:29 GMT
 *** End of Info ***

Tampak jelas dalam data-data di atas mengenai nickname pendiri (founder), waktu didirikan (registered), deskripsi (description) chatroom, dan sebagainya. Sebuah chatroom dapat menjadi suatu perwujudan dari keberadaan sebuah kelompok sosial atau komunitas hacker. Kemampuan dan fungsi chatroom memang memungkinkan hal tersebut.

Pertama, chatroom mampu berfungsi sebagai sarana komunikasi sosial dan dapat pula menjadi manifestasi kelompok sosial itu sendiri. Kemampuan chatroom menjadi sebuah sarana komunikasi sosial karena secara teknis di dalam chatroom para chatters dapat melakukan komunikasi interpersonal (private chat) dan komunikasi kelompok (public chat). Baik private chat maupun public chat, antar pelakunya harus berada dalam satu tempat yang sama (bertemu dalam satu chatroom tertentu) dan dalam waktu yang sama pula (real time). Salah satu tahap terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak, yang bisa bersifat sekunder (menggunakan media tertentu, dalam hal ini melalui chatroom) dan langsung (tanpa perantara individu lain meskipun tidak face-to-face).

Kedua chatroom mampu menjadi sebuah kelompok sosial. Hal tersebut tak lepas pula dari karakteristik teknis chatroom itu sendiri. Pertama-tama, kita definisikan dahulu arti kata kelompok sosial. Menurut George Hillery dalam jurnal CyberSociology (http://www.cybersoc.com), ciri komunitas adalah adanya sekelompok orang yang saling melakukan interaksi sosial dan ada suatu persamaan yang mengikat mereka pada kelompok tersebut dan antar sesama anggota kelompok, serta mereka berbagi area tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Geoffrey Liu dalam jurnal Computer-Mediated Communication (http://www.ascusc.org/jcmc), menetapkan beberapa syarat terjadinya komunitas atau kelompok sosial maya, yaitu: (1). adanya ruang publik maya, (2). adanya aktifitas komunikasi dari para komunikator, (3). adanya anggota dengan jumlah besar sehingga memungkinkan terjadinya beberapa interaksi, (4). adanya kestabilan jumlah anggota dan konsistensi pemunculan anggota dan (5). adanya interaktifitas pesan verbal, pesan simulasi aksi dan konsistensi penggunaan nickname.

Di dalam chatroom, khususnya server DALnet, ada jenjang struktural dan fungsional yang baku. Jenjang pertama dan tertinggi adalah founder, super operator (SOP) dan auto operator (AOP) dan temporary operator. Keempat jabatan tersebut selain struktural, juga fungsional. Mereka secara umum disebut Operator (OP) dan menggunakan tanda "@" di depan nickname mereka. Nickname mereka secara otomatis akan berada di urutan teratas dari listname pengunjung chatroom. Ketiganya merupakan penguasa sebuah chatroom yang dapat mengundang orang lain untuk datang, mengusir paksa orang dan mengawasi setiap percakapan publik yang terjadi di chatroom.

Founder adalah pemegang akses tertinggi dalam sebuah chatroom dan hanya dipegang oleh satu orang saja. Seorang founder bisa mengangkat SOP dan AOP. SOP bisa mengangkat AOP. Pengangkatan para SOP dan AOP tersebut memerlukan pendekatan kepada atasaanya. Karena tidak jarang para chatters terpisah antar negara dan sama sekali tidak pernah bertemu satu dengan yang lainnya secara face-to-face. Pengangkatan jabatan tersebut harus berdasarkan kepercayaan dan tidak jarang dengan melakukan lobi-lobi.

Kembali ke pendapat Hillery, syarat penting terjadinya sebuah komunitas maya adalah adanya suatu persamaan yang mengikat mereka pada kelompok tersebut dan antar sesama anggota kelompok, serta mereka berbagi area tertentu dalam jangka waktu tertentu. Para anggota kelompok hacker di chatroom memiliki persaman yang mengikat yaitu anggotanya sama-sama menyatakan dirinya sebagai hacker dan memiliki tujuan untuk melakukan hacking. Mereka juga berbagi area kekuasaan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Area tersebut ialah sebuah chatroom.

Konsep area dalam chatroom ini tidak berbeda jauh dengan konsep area kekuasan dalam dunia nyata. Dalam chatroom pun ada istilah penguasa lahan (operator), perebutan lahan (channel takeover) dan intimidasi area (flooding). Ada kalanya para anggota sebuah chatroom melakukan "serangan" ke chatroom lain. Selain itu dikenal pula istilah "meminta jasa keamanan" kepada operator yang ahli, biasanya adalah operator di sebuah chatroom besar, yang dalam dunia nyata disebut sebagai God Father. Bagi chat room kecil atau yang baru memiliki anggota sedikit, tidak jarang diganggu oleh pihak yang iseng. Operator chatroom besar rata-rata memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik dalam mengatur sebuah channel dan mengatasi permasalahan yang timbul.

Operator tersebut kemudian diangkat sebagai SOP oleh founder chatroom kecil dan diajak untuk bergabung dalam channel kecil tersebut, walapun hanya sekedar meletakkan nickname saja. Dengan adanya God Father dari chatroom besar tersebut, maka tingkat gangguan terhadap chatroom kecil tersebut dapat dikurangi. Setidaknya membuat pihak yang ingin mengganggu tersebut harus berpikir dua kali, karena bisa saja dia yang terkena serangan balasan atau dicekal untuk masuk ke chatroom lain yang dipegang oleh God Father tersebut.

Salah satu ciri khas yang membedakan antara hacker yang tidak bergabung dengan suatu kelompok hacker tertentu dengan hacker yang memilih bergabung adalah dari kebiasaan meninggalkan "catatan" dalam tampilan sebuah situs yang telah dimodifikasi oleh hacker tersebut. Bagi hacker tanpa kelompok, dia hanya meninggalkan catatan atas nama nickname atau inisial hacker tersebut.

Salah satu contohnya adalah ketika Fabian Clone pada hari Jumat tanggal 24 Mei 2000 menembus sistem sekuriti situs Indofood.co.id dan Rekayasa.co.id, dia hanya meninggalkan pesan-pesan yang diakhiri dengan inisial "F.C.". Sedangkan bagi hacker yang berkelompok, dia akan menuliskan nama kelompoknya. Salah satu contohnya adalah ketika hC- pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2000 menembus sistem sekuriti situs PLN-Jawa-Bali.co.id, dia meninggalkan pesan-pesan tertentu sekaligus mengucapkan salam antara lain kepada rekannya dari kelompok hacker AntiHackerlink.

Di dalam chatroom, kerap terdapat ajakan-ajakan eksplisit atau motivator-motivator untuk melakukan hacking. Salah satu contohnya adalah logs chatroom #AntiHackerlink di bawah ini :

 ===== Start Logs =====
 Session Start: Wed Mar 21 12:38:10 2001
 [12:38] *** Now talking in #antihackerlink
 [12:38] *** Topic is '__4, http://www.multysistem.it/, http://www.nicastroebarone.it/,
 http://www.salvatoremirmina.it/ http://www.pensionescala.it/sakitjiwa.txt,
 http://www.roseeroselline.it/ http://www.cavi-vivai.it/ _  _12New TargeT  _www.westernunion.com
 www.paypal.com _> yg bisa di akui jadi hacker sejati_ <- both of them _'
 [12:38] *** Set by chikebum on Wed Mar 21 11:56:49
 [12:38] #antihackerlink url is pimp.goes.to.hell.with.the.support.from._antihackerlink.org_
 ---cutted---
 Session Time: Thu Mar 22 00:00:00 2001
 ---cutted---
 [07:24] *** Wagimin changes topic to '_ANTIHACKERLINK IS BACK !!!_  | The Hot News  seen   www.westernunion.com  http://www.detik.com/net/2001/03/21/2001321-114641.shtml  ! || Last target www.paypal.com || [eF!] My Gift for #ANTIHACKERLINK  :: http://hacked.centralbankasia.com/   [eF!]_'
 ---cutted---
 [07:24] <c1sc0-> ANTIHACKERLINK IS BACK!
 [07:24] <c1sc0-> ANTIHACKERLINK IS BACK!
 ===== End Logs =====

Perbedaan jam antara informasi logs tersebut dengan WIB adalah +7. Dari logs tersebut bisa dijelaskan bahwa pada pukul 19.38 WIB, Chikebum memasang topic di #AntiHackerlink yang intinya berisi ajakan atau motivasi untuk melakukan hacking ke situs Western

Union salah satunya. Pada pukul 06.19 WIB keesokan harinya, dotcom- mengirimkan e-mail ke penulis yang mengatakan bahwa dia dan eF73 berhasil masuk ke server WesternUnion.com. Siang harinya berita bobolnya server Western Union tersebut dimuat oleh situs www.detik.com. Kemudian pada pukul 14.24 WIB, Wagimin, alias eF73, memasang topic di #AntiHackerlink tentang keberhasilan eF73 dan dotcom- menembus server Western Union, sekaligus memasang alamat situs berita dari Detikcom yang memberitakan keberhasilan mereka.

Sedangkan alamat situs http://hacked.centralbankasia.com merupakan salah satu tempat curahan data-data kartu kredit dari toko buku online Barners & Nobles yang sistemnya baru saja ditembus oleh AntiHackerlink. Kedua peristiwa tersebut membuat C1sc0- "bersorak" gembira. Hal tersebut merupakan contoh adanya kemungkinan melakukan tindakan persuasif atau memotivasi orang lain di dalam chatroom. Salah satu kebanggaan hacker yang membentuk kelompok maya di chatroom adalah ketika hasil hackingnya dipasang sebagai topic channel, sehingga setiap pengunjung chatroom tersebut pasti membaca isi topik. Terlebih lagi apabila di dalam topik tersebut adalah alamat situs tempat berita keberhasilannya itu dimuat.

Saling memotivasi dan saling memberikan salut merupakan hal yang lumrah dan kerap terjadi di chatroom hacker. Bukti lain bahwa chat room dapat menjadi sarana belajar belajar atau motivasi perilaku hacking adalah ketika hC-, seorang hacker Indonesia yang didenda Rp 150 juta oleh pengadilan Singapura pada tanggal 30 Agustus 2000 karena membobol jaringan komputer di Singapura, oleh Kepolisian Singapura dirinya dinyatakan menggunakan chatroom untuk mempelajari teknik penyusupan ke sebuah jaringan komputer.

Kita kembali kepada konsep Liu tentang syarat eksistensi sebuah komunitas maya., khususnya dalam hal konsistensi pemunculan anggota dan adanya interaktifitas pesan simulasi aksi. Makna pemunculan anggota di sini adalah keberadaan individu dalam sebuah area tertentu secara konsisten. Keberadaan individu tersebut dimanifestasikan dengan keberadaan sebuah nickname yang digunakan secara tetap pada sebuah chatroom secara regular dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan interaktifitas pesan simulasi aksi adalah keberadaan bahasa-bahasa verbal dalam bentuk teks atau tulisan yang memiliki makna atau dimaknai sebagai sebuah aksi yang benar-benar dilakukan.

Jika kedua hal ini digabung, maka maknanya adalah pemunculan nickname secara konsisten dalam sebuah chatroom tertentu yang antara lain dapat melakukan simulasi aksi. Simulasi aksi baru memiliki makna apabila dilakukan secara real-time kepada lawan bicara. Ungkapan "saya mencium kamu" misalnya, akan memiliki makna yang berbeda ketika disampaikan melalui chatroom dan ketika melalui e-mail.

Dalam e-mail, rasa dan makna kehadiran "pada saat itu" menjadi tidak penting. Kejadian bisa terjadi kapanpun (tidak real-time) dan dimanapun (tanpa harus bertemu di satu tempat tertentu). Kejadian apapun yang di dalam milis, termasuk simulasi aksi tersebut, tidak akan memiliki makna seperti dalam chatroom.

Dalam chatroom, rasa dan makna kehadiran menjadi sangat penting. Karena tanpa hadir dalam satu saat yang sama dan tempat maya yang sama, komunikasi dan interaksi tidak akan terjadi. Hal tersebut menjelaskan mengapa simulasi aksi tersebut dapat sedemikian bermakna di chatroom. Kejadian maupun simulasi aksi tersebut benar-benar "dilakukan" dan "terjadi" pada saat itu.

Makna "saya mencium kamu" di dalam milis bisa jadi bermakna seperti sekedar rayuan, sekedar angan, obsesi maupun bayangan. Tetapi jika di chatroom "saya mencium kamu" bisa bermakna "saya saat ini sedang mencium kamu" dan benar-benar tengah terjadi (secara virtual atau setidaknya dalam benak pelaku). Untuk itulah maka konsep-konsep tentang cybersex lebih mengacu kepada chat, ketimbang e-mail. Komunikasi interpersonal akan terasa lebih personal, intensif dan menyentuh bila terjadi secara realtime.

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, ikatan emosi antar anggota sebuah chatroom jauh lebih kuat ketimbang antar anggota sebuah mailing-list. Hal ini menjelaskan mengapa walaupun para hacker banyak berlangganan mailing-list security, eksistensi mereka tetap dimanifestasikan dalam chatroom. Sekedar contoh, yang kerap disebut sebagai anggota hacker Jasakom bukanlah mereka yang tergabung dalam mailing-list Jasakom, tetapi lebih kepada mereka yang secara konsisten muncul di chatroom #Jasakom.


Beberapa Tip Hacking

Pengetahuan Umum

Tools

Serangan Ke Windows

Yahoo

VoIP

Scanner

XSS Scanner

Web Security

DDOS Apache

Web Attack

Sniffing

Sniffing / Pentest VoIP

Spoofing

SQL Injection

SQL Injection Tutorial

SQL Injection Software

Belajar Menangani SQL Injection

Cellular / Mobile Hacking


Penyadapan

Wordlist

SQLmap

Stealth

Forum

Buku & Tutorial

Echo ezine

echo|zine issue #20 ( Pebruari 2009 )

  1. Introduction .................................................. y3dips
  2. Pseudo-random .............................................. anonymous
  3. Interview with Onno W Purbo......................................az001
  4. What`s goin on echo forum ............................anonymous-co-ed
  5. Intercepting Library Call ............................ mulyadi santosa
  6. Caesar Shift Cipher............................................... Rey
  7. ARPWall; Konsep dan Pembuktian ............................... y3dips
  8. Encryption: Algoritma Combo .................................... jackD
  9. Prophile on Jck.mrshl ................-----................. echostaff
  10. Enkripsi dan Dekripsi dengan Fungsi Mcrypt di PHP............ monqichi
  11. Salty Py; Password Salt Bruteforcer .. sheran gunasekera & selwin ong
  12. Anti-Forensic; Seek and Destroy .............................jck.mrshl
  13. Hacker LogBook....................................lirva 32; x-diamond1

echo|zine issue #19 ( Agustus 2008 )

  1. Introduction .................................................. y3dips
  2. Pseudo-random .............................................. anonymous
  3. idsecconf ................................................. echo|staff
  4. Digital Signature secara gampangnya ......................... mamasexy
  5. cryptography : Simple a-symetric algorithm................. x-diamond1
  6. Prophile on CyberTank .................................... echo|staff
  7. Prophile on lirva32 ...................................... echo|staff
  8. Whats Goin On Echo Forum ....................................... az001
  9. Bailiwicked DNS Attack (Cache Poisoning) .................... Cyberheb
  10. Scapy: obrak-abrik paket data ................................. y3dips
  11. Hacker LogBook ........................................ various artist


Referensi Menarik

Repository

Pentest LiveCD

Pranala Menarik

Pengenalan Hacking Pengenalan Hacking Reviewed by andre septian on Jumat, Mei 19, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.